Never be dependent to anyone in this world, because even your own shadow leaves you when you’re in darkness.

Senin, 19 Maret 2012

#RandomThought

Stuck di dalam 2 pilihan itu bikin galau. Tapi, gue sadar kalo cobaan terberat setiap Pisces adalah pilihan dan Pisces bukan Pisces kalo nggak milih pake hati.

Masalahnya gimana kalo ternyata hati memilih yang otak lo nggak mau? Gimana kalo ternyata otak lebih bener daripada hati? Mustahil, tapi kadang betul dalam realita. Ya, dengan menggunakan otak kita akan lebih hidup ke yang namanya realita. Tempat di mana kita diharuskan untuk hidup. Tempat di mana sepertinya ada yang lebih baik daripada ini. Tempat di mana lo akan terus ingin memenangkan pertarungan antara otak dan hati.

Kalo kamu nggak mau melibatkan aku dalam hidup aku, jadi kita nggak akan pernah berdua seutuhnya? Begitu? Apakah benar setengah hatimu cukup untuk membuatku bahagia? Agak naif, tapi untuk kamu, semoga aku sanggup.

Gue lagi at the point, terlalu banyak kata yang semestinya dikeluarin dari hati, tapi gak bisa terucap lewat mulut, dan itu rasanya… Kayak idup di dunia sendiri. Gila. Ya, itu rasanya.

Siapa sih yang mau ngejalanin hubungan dengan penuh kegalauan? Yang namanya cinta butuh pengorbanan? Gimana jika sudah menyiksa dan tetap bertahan? Sebenernya apa sih yang dipertahankan?

Atau bagi yg LDR (Long Distance Relationship)*nyinggungdirisendiri* ituuu ngelatih kesabaran sama keikhlasan banget. Sampe sekarang, gue masih sabar, dan masih nahan karena hubungan gue sm pacar baik-baik aja, no hambatan. Gue bersyukur banget bisa kayak gini.

Oke, balik lagi.
Begitu banyak pertanyaan sampai tidak sadar akan banyaknya halangan. Cinta itu buta dong? Yah, kadang memang seperti itu.

Tapi, setidaknya kita pernah bahagia. Setidaknya kita pernah tertawa. Kalo perasaan telah lagi tiada. Mungkin, yang dibutuhkan hanyalah waktu.

Waktu yang menjawab sekalian membunuh. Kenapa di saat sepertinya kita bisa bahagia, kita memilih untuk tidak? Kenapa kita mesti membatasi waktu kita untuk bertemu? Kenapa kita mesti membuat tembok - tembok diantara kita?

Yang seharusnya bisa, jadi nggak bisa. Yang seharusnya jalan, jadi berhenti. Yang seharusnya ikut, jadi nggak ikut.

Tembok. Emang sengaja dibuat supaya nggak sakit hati. Tapi toh something is better than nothing. Ngapain bikin tembok kalo di dalem hati emang tersiksa. Ngapain sih mesti bo’ongin diri sendiri?

Maaf, loncat - loncat nulisnya. Ngapain mesti minta maaf? Toh ini tulisan - tulisan gue? I don’t know, mungkin hidup gue emang sebenernya nggak pernah keliatan spontan. Jadi, cuma di sini bisa spontan. Nggak mikir. Keluar apa adanya.

Semoga, karena nggak ada yang kekal. Gue bakal sembuh. Ya, ini adalah ajang untuk menuju ke situasi yang lebih baik. Bukan berharap, tapi mau percaya sama siapa lagi di saat semua orang ngebohongin lo, bahkan orang yang paling lo sayang pun bisa berpaling.

Hati - hati bukan cuma sama apa yang lo omongin, tapi juga sama apa yang lo tulis. Because, maybe one day, it might get you back. Jadi, siapa yang pernah berada diantara 2 pilihan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar